Uber alles

Posted by ~alof in ,

Mari kita hitung
berapa debit fluida dalam pipa ini.
Dan seandainya fluida itu adalah minyak bumi
yang kita hisap dari bumi negeri ini,
kira-kira, berapa piring nasi dan potong tempe yang dapat kita sediakan
bagi para jembel yang selalu lapar?
Barangkali cuma satu desa kecil.
Atau, kalau kita agak cermat,
barangkali dapat kita cukupkan untuk sebuah trophy
bagi kemeriahan di sirkuit kebanggaan.
Toh bangsa kita belum begitu pandai mengemudikan mobil
apalagi model terbaru formula-1.
Mereka cuma kenal umbi-umbian dan nyamuk rawa
dan belum tahu wanginya bensin
apalagi licinnya uang.

Coba kita hitung
berapa volume gelondongan ini.
Dan kalau gelondongan itu adalah kayu ulin
yang kita tebang dari belantara negeri ini,
kira-kira, berapa potong baju dan kain sarung yang dapat kita sediakan
bagi para jembel yang selalu kedinginan?
Barangkali cuma satu kampung kecil.
Atau, kalau kita agak hemat,
barangkali dapat kita cukupkan untuk selembar saham
bagi bisnis cengkeh atau pesawat terbang.
Toh bangsa kita belum begitu pandai bertransaksi
apalagi memahami kolusi konglomerasi.
Mereka cuma kenal totem dan tifa
dan belum tahu canggihnya negosiasi
apalagi ketajaman peluru.

Mari kita kaji
berapa liter darah dan kilo tulang tercecer,
yang belum sempat kita periksa
semenjak teknologi dan kekuasaan menjadi dewa
atas minyak dan kayu,
atas orang-orang terperdaya yang dulu memilih jadi warga negara republik ini,
atas hasrat dan kenajisan yang dilemparkan ke muka mereka,
atas kitab-kitab mulia dan rumah ibadat yang terkoyak di Dili dan Haurkoneng,
atas keadilan dan hak asasi yang dipreteli dari Sum Kuning dan Marsinah,
atas tonggak-tonggak sejarah yang diperkosa blok tinta hitam?

Coba kita kaji
berapa tetes keringat dan airmata
yang pernah kita alirkan
sebagai tanda bahwa kita dan mereka sebangsa
dan mau mengecap keprihatinan mereka
sebagai tanggung jawab hidup bernegara?

Atas nama stabilitas keamanan dan kesinambungan pembangunan,
mari kita berhenti menghitung dan mengkaji.
Lagipula, toh kita tidak datang ke tempat ini
untuk membicarakan mereka.
Permisi.

— R.Mangun, 11 Desember 1993

Uber alles adalah slogan superioritas ras Arya berkulit putih yang berada di atas segalanya. Seruan yang dikumandangkan oleh kaum NAZI ini digunakan oleh Himpunan Mahasiswa Mesin Institut Teknologi Bandung (HMM ITB) dalam masa pekan orientasi mahasiswa baru.

 
This entry was posted on Saturday, December 11, 1993 at 00:00 and is filed under , . You can follow any responses to this entry through the comments feed .

0 comments

Post a Comment

# sambung rasa

# gurat kiwari