Redemptus

Posted by ~alof in ,

— RIP Bambang Eko Haryanto
21 Maret 2005, Purwokerto

Aku bukanlah orang yang beruntung untuk bersua denganmu
hingga tak kukenal sosok dirimu yang sesungguhnya.
Aku tak pernah mendengar suaramu
ataupun tertawa bersama untuk sebuah lelucon.
Tiada kenangan yang pernah kutorehkan
atas kesempatan bertegur sapa,
bahkan sekedar melalui guratan aksara di layar komputer
atau dering telpon yang tak terangkat.
Hanya nama unikmu telah sejak lama tinggal dalam ingatan
yang selalu membuatku teringat pada janji penebusan.

Kehadiranmu di sini sangat boleh jadi bukan atas kehendakmu.
Namun begitu,
banyak yang bersyukur atas keteguhanmu berbagi
tentang apa yang kautahu dan kaualami
atas kesetiaan dan ketulusan
bahkan rasa syukur dalam ketidakmelimpahan.

Aku tak tahu apa janji yang kauikrarkan dengan-Nya
untuk kautunaikan di hamparan ladang-Nya
hingga begitu cepat jalanmu
sebelum dahaga semua orang terpuaskan,
sebelum sempat terimakasih diucapkan.

Ataukah semua itu adalah cawan yang tidak lalu dari padamu
walau telah berurai airmata dan keringat darah?

Di Kampung Sawah, di Kampung Sawah,
siluet senja menyamarkan bayang
seorang lelaki memikul salibnya
mendaki bukit terjal kesendirian.

Lonceng berdentang.

Aku bukanlah orang yang cukup beruntung
menyertai Kristus yang berdarah saat senja di Golgota.
Juga bukan orang yang cukup beruntung
melantunkan kidung bersama para malak sorgawi saat fajar Paska
sebagaimana kini kuyakini kau berada di sana.

Hai, maut, di manakah sengatmu?

Selamat jalan, Saudaraku.
Tiada bunga dan lambaian yang kupunya,
hanya satu tetes airmata pengiring doa
untuk seorang kekasih yang belum sempat kukenal.

— Beth, 25 Maret 2005 s/d 29 Maret 2005 05:17

Untuk mengenang seorang tokoh diskusi di internet yang [sayangnya] belum sempat kutemui. Gagasan kata-kata muncul dari ungkapan rekan-rekan lain mengenai almarhum.

 

# sambung rasa

# gurat kiwari