10 tahun reformasi kita, masih sama saja

Posted by ~alof in ,

Generasi tanpa bendera

(satu tahun reformasi #1)

Tigapuluh delapan tahun yang lalu,
aku bertanya pada Bunda, "Ini foto siapa?"
Bunda menjawab, "Kakekmu. Ayah Bapakmu."
Aku kembali bertanya, "Mengapa kakek berselempang peluru?"
Bunda menjawab, "Merebut bendera."

Tidak sekalipun aku jumpa kakek.

Tigapuluh tiga tahun yang lalu,
aku bertanya pada Bunda, "Kemana Bapak?"
Bunda menjawab, "Menjaga bendera."

Esoknya, sebuah keranda ada di pekarangan rumah.

Satu tahun yang lalu,
aku bertanya pada Bunda anak-anakku, "Kemana anak kita?"
Bunda anak-anakku menjawab, "Mengibarkan bendera."

Esoknya, semua tetangga membaca surah Yassin.

Malam ini,
aku bertanya pada Tuhanku,

"Kemana kami akan pergi, Tuhan?
Setelah semua yang kami kasihi tidak kembali.
Kami tidak tahu bendera mana
—dari sekian puluh bendera warna-warni
yang mencakari langit kota—
yang kemarin anakku kibarkan
dengan darahnya."

Esok akan kukibarkan Sang Saka
di atas semua bendera
di puncak menara kota.

— Cipinang, 19 Mei 1999


Nyanyian angin Tugu Proklamasi

(satu tahun reformasi #2)

Aku tidak lagi punya airmata
buat mereka yang terkapar
karena luka sudah demikian dalam
mengiris nadi.

Senja kemarin aku berdiri
di pelataran sepi Tugu Proklamasi.
aku bertanya pada Bung Karno,
aku bertanya pada Bung Hatta,

: "Inikah bangsa merdeka?"

Bisu.
Aku hanya mendengar nyanyi angin.

Empat lelaki muda
dengan pakaian putih-putih
tanpa kata tanpa suara
menyeka air mata dari pipi Bung Karno.

— Cipinang, 19 Mei 1999

 

# sambung rasa

# gurat kiwari