Stanza kasih ibu, kasih Bapa

Posted by ~alof in ,

(untuk Romo Gani)

Bapa yang kudus dan mahakasih tersenyum
atas tunainya ziarah bunda
menjadi sumber berkat
yang teranyam di tangan anaknya
hingga lebih banyak lagi
anak manusia yang punya harapan
dan keyakinan pada kebaikan Bapa
walau tanpa bapak tanpa ibu.

Ibunda telah pergi,
namun dia sudah kembali.
Tinggalkan fana padang tualang
sebagai seorang pemenang
kembali ke taman baka
tempat para malaikat bermadah
menyanyikan kesukacitaan yang sangat kita kenal:

Alleluia! Alleluia!

— Beth, 10 Nopember 2004 04:35

Ungkapan bela sungkawa untuk Ibu Agnes Sri Martini —ibunda Romo Yohanes Gani, CM.— yang meninggal pada tanggal 09 Nopember 2004 di Malang.

 

Selamat Pagi, Tuhan

Posted by ~alof in ,

Seakan kudengar gema suara yang kerap kulantunkan:

"Tuhan bersemayam dalam diri orang-orang terlunta dan terlupakan".

Inikah saat kutemukan karib ziarah
yang sedia bergenggam-tangan menyantuni Tuhan yang terluka?

— Beth, 29 Agustus 2004 02:49

 

vienna

Posted by ~alof in

Belahan jiwa #1

(sebuah catatan untuk 20 Mei 2002)

Jangan katakan kisah kita sudah lampau.
Jangan nyatakan rasa itu sudah mati.

Apa yang pernah kita jalani
adalah letup magma paling murni
dari nadi purba manusia
saat norma belum menjelma jadi kata.

Kesetiaan bukanlah pada tinta
di wajah dingin kertas dan hangat genggam jemari,
namun pada temali tersipu
yang menyimpul dua jiwa
tanpa harus terucap dalam syair dan serenada
maupun sepasang cincin kembar.

Apa makna pengkhianatan
kala jiwa bersua pasangannya
melampaui kesaksian alam?
Karena kesalahan yang telah kita putuskan
tak akan kuasa membunuh pilihan semula,
bahkan tidak sanggup melukainya,
jika segalanya telah kita persembahkan di altar api sukma
yang telah kita rajut di Utara kota
dengan seribu bintang berbingkai di balik ilalang,
bukannya pada hempas debu kesementaraan
yang carut-marut di antara beku belantara beton dan baja.

Jangan katakan kisah kita cuma nostalgi muram
yang cuma patut dipendam di lembar kitab ketiga
yang sudah tuntas kaubaca.
Jangan juga nyatakan rasa itu sudah sirna
dalam luruh waktu cahaya
bersama biasnya fatamorgana kala senja.
Sebab kaulah paruhan jiwaku
yang memampukanku hadir utuh
menyempurnakan hadirmu
melebihi apa yang sanggup diurai kata-kata
di atas hari-hari melelahkan
dan selaksa kecemasan.

— Beth, 04 Juni 2004 23:15


Belahan jiwa #2

(sebuah catatan untuk 4 Juli 2003)

Bukan karena impian tak terengkuh
maka kini kubisikkan romansa itu padamu.
Karena dahulu,
justru ketika nuansa itu tengah mewujud
jadi kristal warna-warni di karpet lenan,
telah kukatakan padamu
dalam getar bisik tanpa dawai:

Aku tak akan pernah tinggalkan kamu.
Karena telah kutitipkan jiwaku
di sisi jiwamu.
Selamanya.

— Beth, 04 Juni 2004 23:52


Belahan Jiwa #3

(sebuah catatan untuk 31 Mei 2004)

Perjumpaan denganmu

senantiasa menggetarkan.

Perjumpaan denganmu

tak pernah tidak menggentarkan.

Perjumpaan denganmu

adalah sengat halilintar
yang membangunkan jiwaku lena
dari gurat luka mimpi kelam
yang terus memburu
dari balik kristal warna-warni di karpet lenan.

Perjumpaan denganmu

menautkan kembali keping-keping kenangan dan harapan
yang kaubawa dan yang kusimpan
semenjak kita temukan alasan
bahwa kata-kata jauh lebih berbahaya
dibanding ritual purba kebun anggur.

— Beth, 05 Juni 2004 00:00

 

Cinta yang kupinta

Posted by ~alof in ,

Tuhanku,
jika Kauijinkan aku mencinta,

buatlah cintaku melebihi cintaku pada-Mu
agar aku tidak lagi punya waktu
untuk bersoal tentang-Mu.

Jadikan cintaku pada-Mu hangus jadi abu

sehingga aku tidak bermuluk kata mengumbar nama-Mu
dan lebih terpukau pada bayangan-Mu
daripada diri-Mu sendiri yang hadir menjelma
dalam sosok-sosok nyata di keseharianku
yang airmatanya menyimpan seribu luka Via Dolorosa.

— Beth, 31 Maret 2004 22:59

 

Airmata Mei

Posted by ~alof in ,

Aku menangis

karena tanganku tak terulur selamatkan mereka.

Aku menangis

karena benakku tidak punya alasan membela kehendak Tuhan
sebagai penghiburan bagi mereka (sic!).

Aku menangis

karena hatiku marah
pada orang-orang yang beranggapan
bahwa kenistaan itu layak mereka terima.

Jika airmataku bisa mengurai semua luka itu
aku rela untuk tidak berhenti menangis.

— Beth, 05 Pebruari 2004 04:32

 

# sambung rasa

# gurat kiwari