vienna

Posted by ~alof in

Belahan jiwa #1

(sebuah catatan untuk 20 Mei 2002)

Jangan katakan kisah kita sudah lampau.
Jangan nyatakan rasa itu sudah mati.

Apa yang pernah kita jalani
adalah letup magma paling murni
dari nadi purba manusia
saat norma belum menjelma jadi kata.

Kesetiaan bukanlah pada tinta
di wajah dingin kertas dan hangat genggam jemari,
namun pada temali tersipu
yang menyimpul dua jiwa
tanpa harus terucap dalam syair dan serenada
maupun sepasang cincin kembar.

Apa makna pengkhianatan
kala jiwa bersua pasangannya
melampaui kesaksian alam?
Karena kesalahan yang telah kita putuskan
tak akan kuasa membunuh pilihan semula,
bahkan tidak sanggup melukainya,
jika segalanya telah kita persembahkan di altar api sukma
yang telah kita rajut di Utara kota
dengan seribu bintang berbingkai di balik ilalang,
bukannya pada hempas debu kesementaraan
yang carut-marut di antara beku belantara beton dan baja.

Jangan katakan kisah kita cuma nostalgi muram
yang cuma patut dipendam di lembar kitab ketiga
yang sudah tuntas kaubaca.
Jangan juga nyatakan rasa itu sudah sirna
dalam luruh waktu cahaya
bersama biasnya fatamorgana kala senja.
Sebab kaulah paruhan jiwaku
yang memampukanku hadir utuh
menyempurnakan hadirmu
melebihi apa yang sanggup diurai kata-kata
di atas hari-hari melelahkan
dan selaksa kecemasan.

— Beth, 04 Juni 2004 23:15


Belahan jiwa #2

(sebuah catatan untuk 4 Juli 2003)

Bukan karena impian tak terengkuh
maka kini kubisikkan romansa itu padamu.
Karena dahulu,
justru ketika nuansa itu tengah mewujud
jadi kristal warna-warni di karpet lenan,
telah kukatakan padamu
dalam getar bisik tanpa dawai:

Aku tak akan pernah tinggalkan kamu.
Karena telah kutitipkan jiwaku
di sisi jiwamu.
Selamanya.

— Beth, 04 Juni 2004 23:52


Belahan Jiwa #3

(sebuah catatan untuk 31 Mei 2004)

Perjumpaan denganmu

senantiasa menggetarkan.

Perjumpaan denganmu

tak pernah tidak menggentarkan.

Perjumpaan denganmu

adalah sengat halilintar
yang membangunkan jiwaku lena
dari gurat luka mimpi kelam
yang terus memburu
dari balik kristal warna-warni di karpet lenan.

Perjumpaan denganmu

menautkan kembali keping-keping kenangan dan harapan
yang kaubawa dan yang kusimpan
semenjak kita temukan alasan
bahwa kata-kata jauh lebih berbahaya
dibanding ritual purba kebun anggur.

— Beth, 05 Juni 2004 00:00

 

# sambung rasa

# gurat kiwari