q

Posted by ~alof in

Nights with Q

Entah bagaimana tanpamu.

Walau gundah belum lagi pupus,
namun perbincangan malam denganmu
selalu bisa tawarkan peluang
bahwa hidup senantiasa masih punya waktu
untuk menyimak keresahan kita.

Sebab kebersamaan denganmu
bukanlah untuk mencetuskan kata akhir,
melainkan lelatu pemantik masa,
agar dapat kuberi pada diriku sendiri
kesempatan untuk belajar memaknai diri.

Entah bagaimana denganmu.

— Surabaya, 14 Mei 2006 02:22


Lara tengah malam

Saat keping rembulan tersangkut di jam dua belas,
bersimbah embun bir manis dalam gelas,
kau pun lenyap dalam lelap
yang mencengkeram senyap.

Dan di sini,
di sudut kamar yang terkunci dalam hingar,
resahku merayap kembali ke lorong hati,
mencari sesuatu yang tak mungkin kembali.

— Surabaya, 16 Mei 2006 23:00


Kata

Aku tak tahu makna yang singgah dalam pemahamanmu.

Sebab kata bisa bermakna ganda,
yang kadang mengiris luka di tiap sisi.
Dan pada saat-saat seperti itu,
tiada seorang pun yang punya hak
ketukkan palu penghakiman
memilah benar dan salah.
Sehingga aku pun tak bisa bersaksi
tentang suara tanpa bunyi
yang berseru-seru
dari titik paling peka di hatimu dan hatiku.

Begitu pula halnya tentang kata
yang pernah tergurat dengan tinta ataupun titi nada.

Sebab tidak jarang kata-kata tak punya makna,
bagai kehampaan yang mengalir tak terasa
di ceruk antara kenyataan kita.

Mestikah aku khawatir
kala dihadapkan pada sisi paling tajam bibir jurang pengakuan?

Sebab pada akhirnya
semua akan kembali ke tempat yang sama,
di noktah terkecil paling bisu
dari rasa purba yang pernah kita miliki,
saat tiada yang lain yang dapat kulakukan
selain mencungkil sekeping hati
dan melekatkannya di hatimu
agar dapat kaurasa apa yang kini kurasa:

tentang aku dan kamu.

— Beth, 17 Mei 2006 15:09


Metamorfosis tengah malam

54 detik menjelang persetubuhan sempurna kedua jarum jam dinding
yang menandai bertambahnya satu kerut baru di umur hari,
pesan singkatmu menerobos lelapku,
mengabarkan kegembiraanmu lalui hari bersama karibmu
menyusuri sisi-sisi nostalgi di kota seberang laut
tempat kaureguk keranuman masa remajamu bertahun silam.

Dan kaukatakan padaku
keterkejutanmu atas waktu yang berlari begitu cepat,
yang tak terasa kian menyentuh kulminasi waktu
saat azimuth tua malam bermetamorfosis menjadi nadir mula fajar.

Hanya begitu. Sependek itu.
54 detik menjelang akhir keruntuhan malam.

Namun entah kenapa,
di saat kau bercerita tentang dirimu dan sukacitamu
yang tanpa aku di dalamnya,
jiwaku justru sangat tergetar.
Seakan dapat kuindrai magma hatimu
tentang perasaan yang selama ini terbelenggu
di balik dinding kepantasan tentang keberadaan diri kita masing-masing.

54 detik menjelang tengah malam tadi,
aku merasa menjadi seseorang
yang tidak sedang berdiri di hadapanmu dalam tanya dan harap,
melainkan menjadi bagian dirimu
yang pantas kauberbagi keceriaan
segera setelah kau lekat dalam rengkuhnya.

Sesaat tadi,
kauhadirkan aku di sisimu,
di tempat paling intim dari kilau kemurnian masa mudamu.

— Beth, 21 Mei 2006 02:22


Nama kelima

Aku kehilanganmu hari ini.
Seperti bayang memudar
yang tak kuingin pupus dalam waktu.

Di malam yang kian pekat menekan jiwa,
ingin kuseru namamu
di tepi lidah api lilin
yang sempat kucuri dari cahaya matamu,
dalam sekeping mungil ingatan
yang akan kujaga hingga fajar tiba.

Aku kehilanganmu malam ini,
yang kumau akan kutemukan kembali
saat berkas cahaya pertama mentari
menyeruak rumpun bambu
di pelataran tanpa embun.

Tanpa sesal secuat pun,
kurasa asaku padamu
belum lagi membeku dalam waktu,
walau aku hanyalah nama kelima bagimu.

— Beth, 25 Mei 2006 23:01


Pengertian tanpa alasan

Tolong, jangan tanyakan kenapa aku mengasihimu,
sebab aku tidak punya alasan
atas perasaan yang kini begitu berarti bagiku
yang membuat segala berbeda
tatkala merasai cahaya lembut pagi di wajah
dari bias mentari yang sama dengan kemarin.

Tak dapat kutemukan
apa dari dirimu yang begitu tajam menguak sisi terdalamku,
merobek tabir tinggi yang telah amat lama kupertahankan
atas nama kekekalan dan kesetiaan.

Yang kutahu,
mataku memandang berbeda,
benakku menalar berbeda,
hatiku meresap berbeda,
dan masa laluku hembuskan janji yang berbeda atas kekinian dan esok,
saat kusadari betapa aku mengasihimu.

— Beth, 26 Mei 2006 01:18


Di sinikah akhirnya?

Kurasa kau benar,
bahwa aku telah terbentur pada dinding peluang penghabisanku,
walau telah kukumpulkan segenap daya
untuk perjuangkan torehan hadirku
di sisi paling ujung kenang terakrabmu
di antara warna-warni lembar harimu.
Maka dapat kumengerti kini
pergimu pada hari yang tak terduga,
sebab pernah kaukatakan
bahwa kau tak akan sanggup
menyeka bias buram di mataku
yang kau jadi alasan satu-satunya.

— Imperial Karawaci, 31 Mei 2006 01:29


Disebabkan kamu

Mungkin kau tak akan pernah tahu
betapa rentan dan gamangnya aku
tatkala rasa takut merayapi seluruh nadi
merajam tuntas ketegaran sadarku
bahwa aku bukan lagi seseorang
yang namanya cukup berarti
untuk kaueja dalam satu tarikan napas
walau cuma sekali dalam sehari.

Pernah kaukatakan kau tahu
bahwa di balik tabir granit yang kubangun sekelilingku
hatiku tetaplah segumpal perasaan
yang teramat peka merasai luka
serta kecemasan-kecemasan yang kadang amat tak perlu.

Namun mungkin kau tak akan pernah tahu
sudah cukup lama tabir granit itu meleleh
dalam satu kejapan
bagai bongkah es di tengah hari
saat dengan lancang dan gentar
kuakui artimu bagiku:

bagai pengenalan baru tentang fajar
yang selalu sisipkan kegembiraan kecil
di antara mosaik muram
yang terlalu lama kutekuni dengan canggung
hari demi hari
melabur tabir granit tegarku yang rapuh.

Mungkin kau tak akan pernah tahu,
sebagaimana aku pun belum tahu,
siapakah aku dengan kerentanan dan kegamangan ini:

entah seorang yang kian arif memaknai rasa takut tak tereja olehmu
ataukah hanya sebongkah masa berlalu
yang tanpa kusadari telah menghablur
tanpa sempat mengembunimu.

— Beth, 2 Juni 2006 21:29


Sfumato ungu

Wajah bertabir kabut.
Begitu kerap aku gagal
membingkaimu dalam ingatan.
Teramat tipis dan samar.
Sebab apa yang luput kaurasa,
bagaikan sungai jelaga
yang menjurang antara kau dan aku.
Menikam tandas tiap kata tersisa.

— Beth, 5 Juni 2006 15:41


Tanpa maaf

Seperti terjerembab
dalam lubang hitam tanpa dasar
yang halus menggerogoti dengan kematian-kematian kecil,
kurasa sebagian diriku luluh dalam hembus angin
sedang sebagian lain meranggas pelan-pelan,
tatkala kaucabut hakku
ajukan permintaan maaf padamu.

Yang kutahu,
luka ini lebih perih tinimbang kehilanganmu.

— Beth, 6 Juni 2006 18:06


Sepotong kisah 6 Mei 2006 pukul 3 petang

Kita tertawa bersama
saat jalan tergesa
bergegas ke mal lain
luputkan diri
dari pandang mereka
-- yang kita kenal.
Betapa saat itu kusuka
binar jenaka cahaya matamu.

— Beth, 06 Juni 2006 18:27


Diam

Ada yang tercerabut dari kedalaman
tatkala kau membeku diam
atas luka yang kutorehkan
di kening dan tungkaimu
yang bahkan belum sempat kukecup
atas nama seribu sesal.

— Beth, 20 Juni 2006 00:46


 

# sambung rasa

# gurat kiwari