Merahnya waktu

Posted by ~alof in ,

Tujuh cangkir tegar menantang
dengan kaki mengangkang meja.
Aku meregang sendiri.
Terkapar dalam kesendirian
di sudut kursi paling temaram.
Bau yang menguap dari kerongkongan
menyekap kesamaran pandang.
Ruang jadi lembab.
Tengok hujan yang berbaris dari genting
dan pohonan meranggas yang kuyup.

Tubuhku kuyup.
Dengan tujuh botol tegar menantang.

— Tizi's, 19 Nopember 1984

 

Wrong guy

Posted by ~alof in ,

(for my dear friend: Ivan)

Sembilan masa bergabung di sini
hingga ruang dan waktu tak lagi punya arti.
Pentas perak jalinan kita
semakin mengeratkan genggam,
tetapi juga kian menikam.
Dan ketika tiga lagu berbaur satu,

(aku ingat,
19 Nopember 1984, malam
di suatu tempat)

aku sadar,
bahwa aku bukanlah apa-apa.

Sebuah masa tidak lagi punya arti.

— Sangkuriang, 19 Nopember 1984

 

Trauma

Posted by ~alof in ,

Kudapatkan hidupku.
Tetapi aku kehilangan kehidupanku.

— andai kita paham
akan harga diri
dan kepengecutan.

— L.Earth, subuh 17 Juni 1984

 

On the spot

Posted by ~alof in ,

(sebuah cermin)

!
Puisiku bukan sekedar nyanyi pengantar tidur.
Juga bukan bahan renungan menguji hati.
Apalagi khianat akan harga diri.

Puisiku hanya sederet kata tak manis
yang lahir begitu saja
terlontar dari seluruh ingin dan nurani

: yang berdetak di setiap pembuluh nadi!
: yang bernyala di segenap rongga dada!
: yang membakar seluruh jiwa!

Puisiku adalah aku
dan akan selalu menjadi suaraku.
!

— 28 Pebruari 1984

 

# sambung rasa

# gurat kiwari