Di atas puing kecewa

Posted by ~alof in ,

: run for your life

Tetes dukaku tak lagi terbendung di bawah kulit,
merembesi pori-pori
membalur tubuh.
Letihku bukan lagi keletihan seorang manusia
lantaran aku tak lagi punya perasaan buat merasai.
Sedang waktu tak lagi berbaik hati.

(Anjing-anjing laknat telah kian dekat.
Salaknya seperti sudah teramat dekat.)

Larilah, lariku!
Melangkahlah, kakiku!
Jauhlah dari segala laknat di belakang
dan tutupkan pandang dari segenap duka
lantaran kedua mata kita pun telah sarat
oleh nanah.

Dengarlah deru angin
dan pasrahlah.
Lihatlah hujan yang tak lagi cuma rinai:
tirai air mendinding
menghunjam ubun-ubun,
membekukan jejak.

(Anjing-anjing laknat telah amat dekat.
Taringnya terasa menghunjam di otot.)

Saat terakhir aku baru menemukan kata penutup
berupa keluh di ujung lidah:
— Hujan belum lagi usai
namun hatiku sudah jadi puing.

— 11 Maret 1982

 

# sambung rasa

# gurat kiwari