Kulihat biru! Kulihat biru!

Posted by ~alof in ,

Kubuka jendela pagiku.
Ada sekelompok burung yang kesiangan
bertengger di ranting-ranting mati.

Kabut menjalari jalanan.
Ada putih di tanah,
ada putih di tingkap,
ada putih di langit.

Marilah. Tengoklah.
Bukankah begitu indah
dan demikian megah?
Bukit itu masih biru.
Kemarin pun biru.
Kini pun biru.
Biru!
Biru!
Biarlah!

Nah,
dalam waktu yang demikian merah,
kau masih juga tertidur
dalam gelimang dosamu.

Nah,
dalam hari yang begitu parah,
aku masih juga kaukekang
dalam genangan luka dan nanah.

Kulihat biru!
Kulihat biru di bola matamu!
Kulihat biru di bola mataku!
Kulihat biru sepraiku!
Kulihat biru kamarku!
Kulihat biru jendelaku!
Kulihat biru bukitku!
Kulihat biru langitku!
Kulihat biru sorga!
Kulihat biru jubah-Nya!
Kulihat biru!
Kulihat!
Biru!
Nah!
Ah!

— 23 Pebruari 1983

 

Puisi pembuka tahun 1983

Posted by ~alof in ,

Hai!
Kusapa mentari yang kemarin

(tapi bukan mentari kemarin!),

kusapa langit yang kemarin

(tapi bukan langit kemarin!),

kusapa aku yang kemarin

(tapi bukan aku kemarin!).

Mengertikah kamu akan ujarku?

Inilah aku
yang selalu akan jadi diriku sendiri
baik kemarin,
kini,
maupun esok,
walau aku selalu berbeda setiap waktu.

Hai,
aku.

Hai!

— 11 Pebruari 1983

 

# sambung rasa

# gurat kiwari