Di hari kepergian Rami

Posted by ~alof in ,

(the lemon song/serenada empat butir jeruk)

"Abba, aku takut...
Bukankah seharusnya pasar tidak menyeramkan?
Bukankah kita hanya akan membeli jeruk manis
untuk Ummi dan adik kecil di rumah?
Kenapa pasar jadi begini riuh menakutkan?

Abba, Abba, jawablah.
Jangan berdiam tidur seperti itu.

Aku takut, Abba.
Orang-orang gaduh berlarian.
Teriakan para serdadu mengepung dari seluruh lorong.

Abba, jeruk manis buat adik terjatuh di jalan.
Dia pasti kecewa melihat jeruknya kotor.
Mari kita pungut dan cuci
sebelum terinjak orang.

Abba, dadaku sakit sekali. Perih.
Panas nian udara terasa di tenggorokan.

Abba, pegang tanganku.
Aku gemetar.
Aku kedinginan.
Aku haus.
Aku letih.

Abba, aku mengantuk.
Bolehkah aku istirahat sejenak
pejamkan mata sesaat
sebelum kita pulang?"

Abba! Abba!
Lama sabakhtani!

— Cipinang, 16 Oktober 2000

Melihat beberapa snapshot foto yang merekam korban perseteruan para dewa dan bala tentaranya, aku tidak punya kata-kata lagi.

Death of a boy #1
Death of a boy #2

lambaian tangan sang ayah seakan memohon tentara Israel untuk berhenti menembak

Death of a boy #3
Death of a boy #4

jeritan mereka lenyap dalam keriuhan letusan peluru

Death of a boy #5

anak lelaki kecil itu berusaha menyembunyikan takutnya di balik badan ayahnya

Death of a boy #6

mereka terjebak dan tidak bisa berkutik

Death of a boy #7

anak lelaki kecil itu mati sambil menutupi wajahnya yang direbahkan di pangkuan ayahnya yang juga tertembak mati

Death of a boy #8

mereka terbaring sekitar satu jam.
dan ketika seorang petugas ambulans, Fayez Beblisy, mencoba menolong mereka, dia juga tertembak mati...

 
This entry was posted on Monday, October 16, 2000 at 00:00 and is filed under , . You can follow any responses to this entry through the comments feed .

1 comments

Anonymous  

merinding saya membaca puisi dan melihat foto-foto dalam halaman ini...

Saturday 15 November 2008 at 03:20:00 GMT+7

Post a Comment

# sambung rasa

# gurat kiwari