Fragmen IV
(kerinduan pada Ninna yang tak pernah terucapkan)
Perjalanan kita kali ini rasanya amat berat buatku
karena kau ada di sampingku.
Berulangkali kucuri pandang
menoleh wajahmu yang selalu membuat jiwaku menggelepar tak putus
sementara kau begitu terpana menatap gunung biru di muka
tanpa menyadari keresahan yang turun mengabut.
O, sungguh,
tak dapat kutahankan detak jantung bergumam:
Kenapa kau musti hadir di selembar titianku?
Pekat udara dalam hirup.
Mustikah aku berhenti
dan mulai bertanya pada diri?
(Sedang aku di sini tidak punya kata tersisa.)
O, sungguh,
tak mampu kuujar kata lewat mulut yang jadi kelu
lantaran larat-larat panjang
yang kau tidak usah tahu.
30 Mei 1981