This is my land
Pulang. Pulanglah.
Tengok hamparan di muka.
Dan akan kaurasakan
sebuah tamparan
di pipi yang lepuh oleh terik.
Tak lagi menyakitkan.
— Beer Comp., 17 September 1993
Pulang. Pulanglah.
Tengok hamparan di muka.
Dan akan kaurasakan
sebuah tamparan
di pipi yang lepuh oleh terik.
Tak lagi menyakitkan.
— Beer Comp., 17 September 1993
Ini hari ada jabat tangan manusia.
Begitu menggetarkan:
sebuah awal perjalanan panjang
dari sebuah pergulatan panjang.
Namun luka-luka yang membekas
malah bangkit
mengoyak-moyak langit.
Luka. Berdarah-darah.
Ataukah duka tak cukup pahit
bagi sebentuk penghargaan
akan kemerdekaan...?
— Beer Comp., 17 September 1993
Aku harus pergi
karena ayahku sudah lebih dulu pergi
menyusul ayahnya yang lama pergi
ke tempat leluhurnya entah di mana.
Di sini,
tidak kulihat lagi bendera berkibar,
tidak kudengar lagi sangkakala manusia merdeka,
tidak tersisa lagi palma tetirah bunda.
Aku harus berkemas pergi.
— Beer Comp., 17 September 1993
Pagi yang menjengkelkan datang lagi.
Dan aku masih harus bertarung
melawan sebentuk perlawanan dari dalam
yang selalu ingin luputkan diri
dari segenggam harga diri
dan sepotong kehampaan
atas sebuah ketiadaan.
Lagi,
aku makin tersisih.
— Beer Comp., 17 September 1993
Ketika jenuh dan jemu
atas segala dusta yang dijejalkan dalam kata,
aku ingin bicara
dalam bahasaku,
yang mungkin tak akan mampu kaupahami
karena aku hanya punya:
— kenyataan,
— kata,
— dan nurani merdeka
yang belum sempat kaurampas,
yang tak lagi kaumiliki.
— Beer Comp., 15 September 1993
Anda diperkenankan mengutip dan/atau menyebarluaskan naskah-naskah di sini dalam bentuk media apapun asalkan mencantumkan nama pengarang serta memberitahukannya kepada penulis. Terimakasih.
© alof