(the lemon song/serenada empat butir jeruk)
"Abba, aku takut...
Bukankah seharusnya pasar tidak menyeramkan?
Bukankah kita hanya akan membeli jeruk manis
untuk Ummi dan adik kecil di rumah?
Kenapa pasar jadi begini riuh menakutkan?
Abba, Abba, jawablah.
Jangan berdiam tidur seperti itu.
Aku takut, Abba.
Orang-orang gaduh berlarian.
Teriakan para serdadu mengepung dari seluruh lorong.
Abba, jeruk manis buat adik terjatuh di jalan.
Dia pasti kecewa melihat jeruknya kotor.
Mari kita pungut dan cuci
sebelum terinjak orang.
Abba, dadaku sakit sekali. Perih.
Panas nian udara terasa di tenggorokan.
Abba, pegang tanganku.
Aku gemetar.
Aku kedinginan.
Aku haus.
Aku letih.
Abba, aku mengantuk.
Bolehkah aku istirahat sejenak
pejamkan mata sesaat
sebelum kita pulang?"
Abba! Abba!
Lama sabakhtani!
Cipinang, 16 Oktober 2000
Melihat beberapa snapshot foto yang merekam korban perseteruan para dewa dan bala tentaranya, aku tidak punya kata-kata lagi.
lambaian tangan sang ayah seakan memohon tentara Israel untuk berhenti menembak |
jeritan mereka lenyap dalam keriuhan letusan peluru |
anak lelaki kecil itu berusaha menyembunyikan takutnya di balik badan ayahnya |
mereka terjebak dan tidak bisa berkutik |
anak lelaki kecil itu mati sambil menutupi wajahnya yang direbahkan di pangkuan ayahnya yang juga tertembak mati |
mereka terbaring sekitar satu jam. |